Ini bulan Juli tahun 2022, masa MPLS. Caca sudah lulus dari SMP. Ia melanjutkan ke jenjang SMA. Sekolah tujuannya adalah SMA N 1 Banjar. Sebuah sekolah di desa yang dikelilingi hamparan sawah di kaki bukit.
Suatu hari, Caca mengikuti kegiatan MPLS. Ia mengikutinya dengan sunguh-sungguh. Pada hari pertama, ia disuruh untuk membawa bekal oleh ketua panitia. Ia membawa makanan seperti buah pisang, air, telur rebus, dan snack lainnya. Caca dikelompokkan di regu Melati, yang dimana terdapat 16 perempuan dan 17 laki-laki.
Ketika itu, Caca tidak mengenal siapapun. Saat sudah jam makan, ia memberanikan diri untuk berkenalan dengan teman-temannya Bernama Putri, dan Tia. Mulai saat itu Caca, Putri, dan Tia menjadi sahabat.
Pada hari kedua, mereka bertiga seperti merasa teman akrab. Kini mereka ingin pergi untuk mengelilingi SMA baru mereka. Saat baru setengah jalan, Caca tidak sengaja menyenggol seorang lelaki,”Eh sorry, sorry kak” Lelaki itu terpeleset hampIr jatuh. Kemudian dia berlari tidak menghiraukan permintaan maaf Caca karena dia terburu-buru menuju lapangan. Setelah puas mengelilingi sekolah mereka kembali menuju lapangan untuk mengetahui infotmasi lebih lanjut tentang lingkungan sekolahnya.
Karena permintaan maafnya tidak direspon, Caca tetap merasa bersalah dan tanpa sengaja dia terus memikirkannya. Hari ini, sekolah sudah berjalan seperti biasa. Tidak sengaja Caca bertemu kembali dengan lelaki yang ia dulu senggol. Ia pun memberanikan diri untuk menyapanya,”Eh Kak, Kakak yang waktu itu aku senggol ya?.
”Oh kamu yang waktu itu minta maaf ya?”, jawab lelaki itu. Percakapan pun terus berlanjut sampai akhirnya mereka saling memperkenalkan diri.
”Btw, nama aku Caca Kak”, ujar Caca.
”Aku Andre, ga usah panggil kak kita seangkatan”, Jawab Andre.
Tiba-tiba saja bel sekolah memberi isyarat bahwa mereka harus masuk kelas. Di kelas, Caca senyum-senyum sendiri. Wajahnya sumringah karena telah merasa lega akan masalah yang terjadi pada masa MPLS.
Pertemuan yang tidak sengaja kembali terjadi di lapangan basket. Saat jam istirahat, sebuah hal yang mengagetkan Caca, Andre menyapanya lebih dahulu.
“Hi Ca, mau ke kantin ya?”
“Eh iya nih, kamu juga?”
“Iya, barengan yuk!”
“Ooh, ee boleh”, dengan jawaban gugup dan merah di pipi, Caca mengiyakan.
Setelah makan bersama di kantin, Caca pun bergegas pergi ke kelasnya.
“Ndre, aku duluan ke kelas ya!”
“Sekarang ni? Ga mau aku anterin?”
“Ga usah! kelas aku deket kok”
“Yaudah!, hati-hati!”
Tidak disangka, kedua sahabatnya Putri dan Tia melihatnya.
“Eh Ca, tadi siapa yang kamu ajak ngobrol?”
“Oo…Itu.. dia cuma temen”
“Temen apa demen?”
“Ish… apaan siH, udah yuk, ke kelas aja!”
Bel pulang menjerit. Semua siswa berhamburan keluar dari kelasnya. Sesampai dirumah, Caca beristirahat di kamar dan memikirkan perkataan Putri tadi. Dalam hati ia berkata,
“Apa iya sih, aku suka dia? Kalo aku suka dia apa dia juga suka sama aku?”
“Ah udahlah, bodo amat…, mungkin cuman perasaanku aja.”
Hari sekolah berikutnya saat Caca berada di kelas, satu notifikasi WhatsApp masuk.
081……….
“Hi Ca, kantin yuk!”
“Siapa ya?”
“Aku Andre”
“Owh Andre, ya udah… tunggu ya!”
“Ok”
Caca pun menyusul Andre ke kantin.
“Hey.. Andre udah lama nunggunya ya? Sorry ya”
“Gapapa kok, kamu pesan aja dulu!”
Kantin pun mulai sepi, di tinggalkan para siswa. Suasana pun mulai sepi dan yang hanya tersisa mereka berdua. Andre tidak mau meninggalkan kesempatan ini. Ia mulai menanyakan hal-hal tentang Caca.
“Ca, gimana kamu hari ini?”
Dalam hati Caca berkata,”eh kok tumben Andre nanya kek gini?”
“Baik sih, gini-gini aja, ga ada perubahan”
“Aku boleh ngomong serius, ga?”
Dengan perasaan dag-dig-dug, Caca pun berkata boleh.
“Boleh kok, ngomong aja!”
“Jujur aja sih. Pas pertama kali aku liat kamu MPLS, aku udah…..”.
“Udah apa?’ Caca pura-pura tidak tahu. Dalam hatinya, ia berharap agar Andre mengatakan “cinta sama aku”.
“Hem.. udaaahhh… tertarik, tertarik ama kamu. Tapi aku bingung, apa cuma aku aja yang ngerasain kaya gini?”
Hati Caca berbunga-bunga, jantungnya seakan berhenti. Pipinya merah merona.
“Kalo kamu gimana, Ca?”
Caca terdiam sejenak dan menjadi mematung setelah mendengar perkataan jujur dari Andre. Caca melontarkan pertanyaan singkat, “Gimana apanya?”
“Ya gimana perasaan kamu?”
Caca masih diam. Ia ingin berkata terus terang, tapi bibirnya gemetar. Tiba-tiba saja pandangan mereka beradu. Andre menatap dengan pandangan mesra penuh harap.
“Jujur aja, aku juga ngerasain kaya gitu, tapi Aku ga mau kepedean dan sekarang aku jadi tau kamu juga ada rasa sama aku”
Andre memegang erat telapak tangan Caca. Matanya menatap binar. Semaikn dekat, dan semakin dekat di wajah Caca. Ia ingin mencium Caca. Tiba-tiba saja, “Teeet…teeet…”, bel masuk berbunyi.
“So, will you be my girlfriend?”
“Sorry ga bisa” Caca menolaknya. Andre bengong. Pandangannya menembus kaca ruangan kelas di samping kantin itu.
“Oh, ya… udah.. kalo ga bisa. Gapapa”
“Ga bisa… nolak hehe”
Andre memeluk erat Caca.
Sejak saat itu kantin menjadi saksi pernyataan cinta mereka.