(Karya Ferry Ariawan)
Pada tahun 2018 di bulan Agustus tepat pada tanggal 16 aku berulangtahun yang ke sebelas. Orang tuaku berisiatif untuk memberikan hadiah sebuah unit sepeda motor bermerk Yamaha Lexi.
Aku tau bahwa aku akan dibelikan sebuah unit motor. Ekspektasiku terlalu berlebihan karena aku kira yang datang nmax. eh taunya Lexi. Lexi yang aku tahu adalah motor para ojol, motor kaum ibu-ibu. Saat motornya sudah tiba dirumah, rasanya seperti campur aduk ga karuan. Ada senangnya, juga ada kesalnya karena tak sesuai ekspekstasi.
Saat itu, aku baru naik ke kelas 6 dan aku memiliki postur tubuh yang pendek dan agak gendut. Temanku ada yang mengejek entah dia iri mungkin, dia berkata “Besaran Motornya Ketimbang Orangnya, haha”. Yang satunya berkata, “Motor baru minimal dimodif”, aku tak menghiraukan perkataan itu. Aku yakin bahwa aku bisa merubah postur tubuhku dan merubah tampilan motorku.
Rasa insecure pasti ada dalam diri setiap orang bahwasannya dia tak bisa seperti orang lain, tapi aku memegang pedoman diriku ya diriku tak perlu menjadi orang lain.
Seiring berjalannya waktu kurang lebih dua tahun, aku sudah banyak merubah pola makanku, dan alhasil aku bisa tumbuh tinggi dan lebih kurus dari sebelumnya. Namun, aku belum sempat merubah tampilan motorku.
Suatu hari ibuku bertanya kepadaku,
“ Motornya mau gitu aja? Ga dimodif biar keren, kamu kan cowok”
“Iyaa nanti, kalo disupport sekarang juga bisa”
“Ya udah buka online shopnya sekarang, beli apa yang kamu suka”
“Iyaa ntarr”
Tak lama, aku pun membuka online shop untuk membeli peralatan motorku banyak yang aku pesan karna diberi biaya oleh ibuku, berselang beberapa hari paket yang kupesan tiba tanpa berlama lama aku langsung memasangnya dibengkel karena aku tak mempunyai skil dalam bidang permotoran.
Yang baru aku modif hanya spion dan perlampuan baru itu saja serasa sudah gagah bagiku yang baru mengenal dunia motor berjalannya waktu sekitar 2 tahunan lebih aku sudah sangat paham tentang dunia motor aku selalu memodif motorku di rumah tanpa ada campur tangannya dengan bengkel kecuali saat ganti ban ganti oli dan servis barulah aku ke bengkel.
Lama kelamaan, main motor menjadi hobiku semua pemberian uang dari saudara saudara ku pasti ujungnya ke motor, seperti halnya kata orang “Utamakan Gengsi”. Gengsiku sangat besar. Kadang aku malu jika berkumpul dengan anak motor lainnya masih pelajar budgetnya seperti orang bekerja. Apalah dayaku yang Cuma dana pelajar mau modif harus nabung dulu.
Seiring berjalannya waktu, aku sadar bahwa besarnya gengsi itu tak bagus. Jadi, aku belajar untuk merendahkan gengsiku dengan halnya “Utamakan fungsi bukan GENGSI!”
Sekian lamanya aku menabung, akhirnya banyak uang yang terkumpul. Tanpa berlama-lama, aku langsung memodif motor dengan konsep yang aku inginkan, yang tak banyak memakan uang dan akhirnya terwujud lah motor impianku yang awalnya seperti motor ojol kaum ibu-ibu, akhirnya berubah.
“Jika kalian ingin melihat bisa buka instagram @lzrszmx.offc di sana semua awal perjalanan motorku sampai sekarang.” Begitu aku menulis di instagram dengan harapan banyak yang nge follow instagramku. Jadi aku bisa dapat uang dari sana.
Awalnya ayahku tak mensupportku karena motornya malah jadi rusak jika tak paham dengan motor. Mending diamkan saja, katanya. Dalam hatiku berkata, “liat saja nanti aku pasti paham tentang perbengkelan tanpa belajar khursus” Dan, akhirnya aku bisa menjadi apa yang aku inginkan
“Lakukanlah selagi bisa motivasi tanpa aksi hanyalah sebuah halusinasi, yang terpenting adalah Utamakan Fungsi Bukan Gengsi turunkan gengsimu dalam bidang apapun itu “ itu jadi semboyanku.