(Karya Sri Supadmi Kt.)
Ayam berkokok. Cahaya merah tembaga telah perlahan membuka buana. Suara sibuk para pencari kerja mengais rejeki mulai terdengar menyapa pagi. Indah baru bangun tidur. Ia merasa ada yang tidak beres dengan dirinya. Seluruh badannya terasa lemas, kepalanya terasa pusing, dan perutnya terasa mual. Bahkan sejak baru bangun tidur, entah sudah keberapa kalinya Indah bolak balik kamar mandi memuntahkan isi perutnya.
Karena hari ini Indah ada kegiatan sekolah, Indah akhirnya memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah. Ia bersekolah di SMA NEGERI 1 BANJAR dan baru menginjak kelas 11 jurusan IPS. Di perjalanan, pusing di kepala Indah semakin menjadi-jadi, namun Indah tetap memaksakan diri untuk berangkat ke sekolah.
“Baru dateng kamu?” Tanya Cahyana, sahabatnya sesampainya di sekolah. Indah hanya mengangguk pelan sambil berusaha tersenyum.
“Hari ini Pak Made nggak hadir, katanya lagi sakit,” sambung Cahyana, membicarakan guru bahasa Indonesia mereka yang memang seharusnya dijadwalkan untuk mengajar hari ini.
Indah tidak menanggapi apa yang diucapkan oleh Cahyana karena sibuk memegangi kepalanya. Kepalanya terasa seperti dipukul-pukul oleh sesuatu yang tidak bisa ia lihat, namun rasanya amat menyakitkan.
“Kamu baik-baik aja kan?” Tanya Cahyana, menatap wajah Indah dengan tatapan menyelidik. Ia tahu bahwa Indah sedang tidak baik-baik saja. Cahyana melihat wajah sahabatnya itu sangat pucat. Karena khawatir, Cahyana memegangi bahu Indah untuk mengantisipasi agar Indah tidak terjatuh.
” Muka kamu pucat banget, kamu sakit?”
“Cuma sakit kepala biasa” jawab Indah tidak ingin membuat Cahyana khawatir dengan keadaannya.
“Duduk dulu”. Cahyana memandu Indah ke bangku di dekat tempat mereka berdiri. Ketika akan mencapai bangku itu, tubuh Indah seketika lemas, ia kehilangan keseimbangannya. Indah terjatuh tidak sadarkan diri. Semuanya terjadi begitu saja, membuah Cahyana terkejut dan tidak mampu menahan tubuh sahabatnya itu.
Satu jam berlalu sejak Indah dibawa ke rumah sakit, namun Indah belum sadarkan diri. Cahyana duduk di samping Indah yang terbaring di ranjang, termenung dengan lamunannya. Ia masih memikirkan keadaan sahabatnya itu, menjelaskan keadaan Indah yang belum dapat ia mengerti.
“Teman kamu hamil, usia kandungannya baru memasuki minggu ke-6. Diusia kandungannya sekarang, memang sangat rentan mengalami pusing, dan mual-mual. Jangan terlalu khawatir, hal ini memang sering dialami ibu hamil”.
Cahyana tidak percaya, namun ia tahu dokter itu tidak mungkin membohonginya. Tidak mungkin dokter itu bercanda bukan? Karena jika bercandapun, hal itu sama sekali tidak lucu. Jika benar Indah hamil, lalu siapa yang menghamilinya?.
” Dimana ini?”
Cahyana segera tersadar dari lamunannya saat mendengar pertanyaan sahabatnya itu. Indah sudah siuman dan bertanya padanya.
“Kami sekarang di rumah sakit. Tadi kamu pingsan, makanya aku bawa kamu ke sini”, kata Cahyana menjawabnya pertanyaan Indah.
“Aku baik-baik aja, cuma sakit kepala biasa. Kenapa bawa aku ke sini?” Tanya Indah. Cahyana hanya bisa memandang wajah sahabatnya itu dengan tatapan lesu. Ia bingung dengan apa yang harus ia lakukan. Apa yang harus ia katakan? Apakah ada yang disembunyikan Indah darinya?. Cahyana meraih tangan Indah mencoba menguatkan Indah dengan apa yang akan dikatakannya.
” Kamu hamil Indah”, ucap Cahyana lirih.
Cahyana melihat Indah terkejut ketika mendengar ucapannya. Ternyata dugaan Cahyana benar. Indah memang belum tahu kalau dia hamil.
” Nggak mungkin”, bantah Indah, menggelengkan kepalanya. Apa yang Indah takutkan selama ini benar-benar terjadi. Ini semua karena kejadian malam itu.
” Cerita sama aku Indah, kamu kenapa? Kenapa bisa kayak gini?” Cahyana mempererat genggaman tangannya.
Indah menggeleng-gelengkan kepalanya. Kejadian itu kembali terlintas di kepalanya. Kejadian yang sangat ingin Indah lupakan kini kembali membayang-bayangi. Tanpa Cahyana tahu alasannya, Indah tiba-tiba menangis. Isakan demi isakan keluar dari bibirnya. Hati Cahyana seakan tetiris-iris melihat sahabatnya itu.
” Cerita sama aku, sebenarnya ada apa? Kenapa kamu bisa hamil?” Cahyana mencoba membuat Indah berbicara. Ia perlu penjelasan dari Indah agar tidak terus menduga-duga seperti ini.
Indah sudah tidak sanggup lagi memendam rahasia ini sendirian, ia butuh seseorang untuk berbagi apa yang ia alami kepada sahabatnya.
2 BULAN YANG LALU
Masa-masa SMA memanglah masa-masa yang sempurna untuk menikmati masa remaja kita, dimana kita bisa bebas mengekspresikan diri kita, dimana kita bisa menikmati yang namanya pacaran. Namun, pacaran itu belum tentu indah. Kadang kita bisa bahagia dan kadang juga bisa menangis hanya karena sebuah hubungan yang namanya pacar. Tidak sedikit orang yang mengalaminya tetapi banyak orang. Berawal dari yang namanya kenal kemudian nyaman hingga akhirnya pacaran.
Hal itu juga terjadi kepada Adrian Mahendra bersama dengan Indah. Mereka belum lama kenal karena Adrian adalah murid pindahan sekolah sebelah. Meskipun begitu, mereka sudah saling menyukai sejak pertama bertemu. Indah juga sangat mempercayai Adrian. Di mata Indah, Adrian adalah orang yang baik, sangat perhatian terhadap dirinya dan sangat tampan.
Namun, lain di wajah lain di hati. Semua kepercayaan Indah seketika runtuh ketika Adrian memaksa Indah untuk menikah dengan dirinya diusia yang semuda ini. Meskipun demikian, Indah masih tetap dengan sabar dan dengan halus menolak permintaan Adrian dengan alasan Indah tidak ingin menikah di usia semuda ini dan masih ingin membanggakan orang tuanya. Mendapat penolakan dari pacarnya sendiri, membuat Adrian merasa kesal sekaligus merasa tertantang untuk mendapatkan Indah bagaimanapun caranya. Meski harus dengan cara yang salah.
Sore hari ketika siswa siswi SMA NEGERI 1 BANJAR baru akan pulang sekolah, Adrian mengajak Indah untuk pergi jalan-jalan. Awalnya Indah menolak karena sudah sore dan akan berbahaya jika ia masih di luar rumah apalagi bersama seorang laki-laki, meskipun itu pacarnya sendiri. Namun karena desakan dari Adrian, akhirnya Indah memutuskan untuk mengiakannya. Lagipula Adrian bilang tidak akan lama.
Setelah rasanya cukup untuk jalan-jalan, Indah meminta untuk Adrian mengantarnya pulang karena sudah malam dan Indah juga khawatir jika orang tuanya mencari-cari dirinya.
” Adrian udah malem, kita pulang yuk” ajak Indah pada Adrian.
” Ohh,, oke ayo” balas Adrian.
Indah merasa lega, karena Adrian mau mendengarkannya. Namun, ketika akan sampai di rumah Indah, tiba-tiba Adrian membelokkan arah motornya dan itu membuat Indah kebingungan.
” Adrian kok belok kesini, kan rumah aku ada di depan sana” tanya Indah. Adrian tidak menanggapi pertanyaan Indah dan masih fokus mengemudikan motornya. Hingga sampailah mereka disebuah villa. Melihat itu, perasaan Indah langsung tidak enak dan menebak-nebak apa yang akan terjadi setelah ini.
“Adrian kenapa kamu bawa aku kesini?” Tanya Indah mulai ketakutan
“Maafkan aku Indah, aku tidak punya pilihan lain, kamu percayakan padaku?, Aku bakalan lakukan yang terbaik untuk kita bersama. Aku sudah siap dan karena itu kamu juga harus siap Indah”.
Setelah mengatakan hal itu, Adrian tiba-tiba menarik Indah masuk.
“Jangan Adrian, jangan lakukan ini” Indah mencoba untuk menghentikan Adrian, namun tenaga Adrian lebih kuat darinya. Indah yang sudah kehabisan tenaga hanya bisa pasrah dengan apa yang akan dilakukan Adrian. Adrian melakukan sesuatu yang tidak seharusnya ia lakukan kepada Indah.
RUMAH SAKIT UMUM
“Aku harus bagaimana, Cah? Ayah sama Bunda pasti kecewa “. Ucap Indah terisak, tangannya gemetar.
Cahyana hanya bisa diam. Ia masih sibuk mencerna cerita yang dijelaskan Indah beberapa saat lalu. Cahyana tidak menyangka, sesuatu yang buruk telah menimpa sahabatnya. Cahyana tidak tahu apa yang dirasakan Indah, ia tidak dapat membayangkan jika ia harus berada di posisi Indah sekarang. Namun untuk kesedihan yang dirasakan Indah saat ini, Cahyana bisa merasakannya. Melihat sahabatnya menangis seperti sekarang, membuat hatinya ikut meringis kesakitan.
Upacara pernikahan baru saja selesai dilaksanakan. Sekarang Indah dan Adrian sudah resmi menjadi sepasang suami istri yang sah terikat dalam sebuah ikatan sakral bersama pernikahan. Banyak orang yang datang menghadiri upacara pernikahan mereka, namun tidak banyak orang-orang yang dapat menangkap kesedihan di wajah sang mempelai wanita.
Indah tidak mampu menahan air mata agar tidak jatuh membasahi pipinya. Sebuah kesedihan ia rasakan tepat dihari pernikahannya. Sebuah pernikahan yang tidak pernah ia inginkan, dengan awal yang menyakitkan dan melukai banyak pihak.
Pernikahan itu terjadi memang karena mereka saling mencintai, namun dengan cara yang salah. Pernikahan itu harus terjadi untuk mempertanggungjawabkan kehidupan yang telah hadir dalam rahim Indah.
Ini terlalu berat untuk Indah, ia mengorbankan cita-citanya, sekolahnya, dan perjuangan orang tuanya untuk menyekolah Indah. Demi apapun, Indah tidak pernah membayangkan bahwa dirinya akan menikah semuda ini.
“Selamat ya sayang, sekarang kamu sudah menjadi seorang istri dan sebentar lagi akan menjadi seorang ibu. Bunda harap kamu bahagia bersama suami pilihanmu.”, Kata Bunda Indah. Bunda Indah menatap Indah dengan tatapan yang mengisyaratkan kekecewaan. Ibu mana yang tidak kecewa jika mengetahui anaknya menikah diusia semuda ini?, Dan hamil diluar nikah. Walaupun begitu, Bunda Indah mencoba untuk menyembunyikan kesedihannya dihadapan semua orang.
“Maafkan Indah Bunda”, ucap Indah lirih. Air mata Indah kembali terjatuh di pipinya. Diusianya yang baru menginjak 16 tahun, belum pernah Indah melakukan sesuatu yang bisa membanggakan orang tuanya.
“Tidak ada yang perlu dimaafkan, Indah. Ini semua sudah menjadi jalan hidup kamu. Maka dari itu, jalanilah!” Jawab Bunda Indah dengan lembut mencoba menguatkan Indah. Bunda Indah tidak ingin melihat putrinya sedih di acara pernikahannya. Setidaknya ia ingin melihat putrinya bahagia, meski pernikahan ini bukan kehendaknya.
Dari pengalamannya ini, Indah sadar akan pentingnya menjaga diri dengan baik, agar tidak terlalu mempercayai orang lain. Masa SMA memanglah masa yang indah untuk menikmati masa remaja kita, namun jika kita salah dalam mengartikannya, hal tersebut bisa merugikan kita sendiri. Indah juga sadar bahwa ketika kita sudah terikat hubungan yang namanya pernikahan, pergerakan kita akan dibatasi dan kita juga akan mendapatkan tanggung jawab yang lebih banyak.
Baca juga karya teman kalian pada kolom di bawah ini, klik kolom yang kalian sukai!