(Karya Edis Pt)
“Hidup tidak hanya tentang bagaimana kita menjalani kehidupan hari ini,besok atau nanti,hidup adalah sebuah perjalanan panjang yang kita tidak tahu kapan akan berakhir.”, itu yang pernah kudengar dari orang-orang dewasa.
Aku duduk di depan gerbang rumahku yang menghadap ke sungai. Airnya mengalir jernih. Riak-riak air bercanda bagai music saup-sayup gemericik. Anak-anak bercanda ria saling siram air. Aku dengar ada yang memangil temannya, “Mila…ayo sini nangkep ikan!”
Tiba-tiba saja memoriku melayang pada cerita di balik nama itu. Mila, dia adalah temanku sejak kecilku. Seorang anak yang harus berjuang dalam kehidupannya yang jauh dari kata sempurna. Dia seorang anak perempuan yang cantik jelita dengan segudang prestasi. Mila adalah anak yang mandiri dan selalu berbakti kepada orang tuanya. Namun, dibalik semua itu mila adalah seorang anak yang tidak seberuntung anak lainnya. Sejak kecil, dia hidup susah. Ayahnya hanya bekerja sebagai tukang kebun, dan ibunya adalah seorang penjual sayur yang tiap hari berjualan keliling kampong. Di tengah keadaannya sekarang, Mila harus berjuang hidup. Dia juga harus berjuang melawan penyakit jantung yang di deritanya. Sejak kecil, dia memiliki penyakit jantung yang hingga kini tidak kunjung sembuh.
Suatu hari, ketika duduk didepan rumahnya dia melamun dan berkata “Sampai kapan aku akan seperti ini” Mila merenung dan terus berpikir tentang hidupnya. “Aku ingin sekali seperti anak lain, hidupnya bahagia” katanya dalam hatinya. Ibunya melihat anaknya yang terlihat sedih, lalu menghampirinya. Lalu berkata,
“Mila kamu kenapa nak? Kenapa kok terlihat sedih sekali”
“Mila sedih Bu, Mila kasihan melihat bapak dan ibu bekerja keras untuk biaya pengobatan mila. Belum lagi keperluan yang lain.” jawab Mila.
“Tidak apa-apa Mil, Ibu dan bapak melakukan semua ini demi kesembuhanmu, Mila. Mila harus rajin berdoa kepada Tuhan, agar Mila cepat sembuh” ibu mila memeluk putrinya dengan penuh kehangatan. Sejujurnya ibu Mila sangat sedih melihat anaknya yang harus berjuang melawan penyakit yang tidak tahu kapan ia bisa sembuh.
Pagi itu mila akan pergi kesekolah. Seperti biasa, dia berpamitan kepada bapak dan ibunya. Mila sangat bersemangat pergi ke sekolah. Di tengah perjalanan, tiba-tiba saja dadanya terasa sesak. Jantungnya berdegup kencang. Keringatnya mengalir begitu deras. Kesadaran nya mulai hilang. Perlahan tubuhnya jatuh dan tergeletak ditengah jalan. Tidak ada orang lain selain dirinya. Hingga pada akhirnya, ia ditemukan oleh seorang ibu yang sedang melintas dijalan itu,ibu itu terkejut melihat mila yang sudah terbaring diatas jalanan,segera mila dibawa kerumah sakit terdekat.
Beruntung nasib Mila, nyawanya masih bisa diselamatkan,walaupun kini ia harus terbaring dirumah sakit, hampir 2 jam mila tidak kunjung sadar. Ibu yang menemukan Mila juga tidak tahu alamat rumah atau pun orang tua Mila. Hingga akhirnya Mila tersadar, dan bertanya ,
“Aku dimana, kenapa aku disini?”
“Nak tadi kamu ibu temukan pingsan di tengah jalan,ibu tidak tahu alamat rumah atau orang tua kamu,rumah kamu dimana nak?,ibu ingin memberitahu keluarga kamu agar mereka tidak khawatir”jawab ibu yang menemukan mila.
“Orang tua saya tinggal di perkampungan dekat sini bu”, jawab mila. Mila memberitahu alamat rumahnya dan juga nama orang tuanya. Ibu yang menemukan Mila segera mencari orang tua Mila dan memeberitahu mereka tentang kondisi anaknya. Segera orang tua mila pergi kerumah sakit.
Sesampainya dirumah sakit, Orang tua Mila langsung menghampiri anaknya, dengan penuh rasa cemas. Ayah dan ibu Mila tidak tahu harus bagaimana. Penyakit Mila kini sudah semakin parah. Mila harus segera mendapat donor jantung. Jika tidak, nyawa Mila bisa terancam. Namun, di tengah keadaan mereka yang seperti sekarang, orang tua Mila tidak sanggup untuk mencari donor jantung. Untuk pengobatan Mila saja mereka tidak mampu untuk membayarnya. Melihat orang tuanya yang terlihat sangat khawatir, Mila menenangkan orang tuanya “Pak,bu tenang saja Mila tidak apa-apa, Mila hanya sedikit lelah karena kemarin Mila belajar hingga larut malam untuk persiapan olimpiade”
“Sudah nak, kamu jangan ikut olimpiade itu, bapak dan ibu khawatir, kamu harus banyak istirahat jangan sampai hanya karena ini kondisi kamu semakin parah”, jawab bapak Mila “ Tidak Pak, Mila yakin pasti bisa, Mila ingin membuat Bapak dan Ibu bangga.” Orang tua Mila terharu mendengar perkataan anaknya.
Mila anak yang berbakti kepada orang tuanya, namun mengapa Mila harus berada dalam keadaan seperti ini. Mila harus berjuang melawan penyakitnya yang semakin parah.
“Pak, Bu saya pamit pulang dulu. Untuk biaya rumah sakit Mila sudah saya bayarkan. Bapak dan Ibu tidak usah khawatir”, kata ibu yang menolong Mila
“Bu saya janji nanti uang ibu akan saya ganti, terima kasih banyak bu atas bantuan Ibu kepada anak saya”,sahut ibu Mila.
“Sudah tidak usah dipikirkan Bu! Nak mila… kamu semangat ya belajarnya. Ibu doakan kamu menang tapi jangan lupa kesehatan kamu juga harus dijaga!” Ibu yang menolong mila lalu berpamitan kepada Mila dan juga orang tuanya. Setelah 2 hari dirawat, akhirnya Mila sudah boleh pulang ke rumahnya “Akhirnya Pak, Bu mila sudah boleh pulang”
Mila tersenyum dengan penuh rasa bahagia, orang tua Mila juga sangat bahagia melihat anaknya sudah mulai membaik .“Tapi Pak, Bu ..tiga hari lagi Mila harus ikut olimpiade. Ini sudah babak akhir. Jadi mila harus bisa lolos agar bisa jadi juara” .
Mila sangat bersemangat dengan olimpiade yang akan diikutinya “Tapi Mila, kamu baru saja keluar dari rumah sakit, apa kamu yakin akan tetap ikut?” tanya ibu mila
“Yakin bu, Mila sudah yakin untuk ikut olimpiade ini”jawab Mila.
“Ya sudah ibu dan bapak akan mendukung Mila, tapi ingat jangan dipaksakan”
“Baik bu, Mila akan berusaha dan tidak memaksakan diri”.
Tiga hari berlalu begitu cepat Hari ini adalah hari perlombaan, Mila sudah rapi dan siap berangkat ke tempat olimpiade. Mila diantar orang tuanya, meskipun orang tua Mila khawatir dengan kondisi anaknya, mereka tetap mendukung Mila dan memberinya semangat. “Pak,bu mila masuk dulu doakan Mila semoga mila jadi juara”
“Ibu dan bapak pasti mendoakan yang terbaik untuk Mila” jawab ibu Mila.
Olimpiade sudah dimulai, Mila sangat bersemangat mengerjakan soal olimpiade. Namun, tiba-tiba ketika mengerjakan soal,dada Mila terasa sesak, namun dia harus menyelesaikan semua soal. Mila berusaha dengan sepenuh tenaganya. Mila berhasil mengerjakan semua soal, muka Mila semakin pucat, tapi Mila berusaha menutupi dari ibu dan bapaknya.
Setelah selesai olimpiade ,tiba saatnya pengumuman juara olimpiade. Mila merasa gugup dan takut tidak berhasil menjadi juara. Namun, keadaan Mila juga semakin buruk. Mila tetap berusaha menutupi dari orang tuanya. Hingga pada akhirnya, Mila berhasil mendapat juara pertama di olimpiade tersebut.
Mila dipanggil naik ke atas panggung. Namun ketika sampai di atas panggung, tubuh Mila sudah tidak kuat lagi. Mila terjatuh. Semua orang merasa panik. Orang tua mila yang melihat anaknya langsung berlari menghampiri Mila yang sudah tidak sadarkan diri. Orang tua Mila tidak kuasa menahan tangisannya. Semua orang yang ada di sana ikut merasakan kesedihan orang tua Mila.
Kini Mila sudah tidak merasakan sakit lagi, Mila sudah kembali kepada Sang Pencipta. Siapa yang tahu, hidup Mila akan berakhir sampai di sini. Di balik semua itu perjuangan Mila tidak berakhir sia-sia. Mila berhasil menjadi juara dan membanggakan orang tuanya hingga di akhir hayatnya.
“Andin…cepat bntuin Ibuk, nih angkat jemurannya!” ibukku membuyarkan lamunanku.
“Mila….semoga kamu langgeng dan damai di alam sana…” aku mendesah.